Diberdayakan oleh Blogger.

WISATA CANDI CANGKUANG

Posted on
  • Kamis, 01 Desember 2011
  • by
  • Suprapti Kusmawati
  • in
  • Leles
    Terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Cagar budaya Candi Cangkuang berasal dari nama sebuah desa yaitu Desa Cangkuang. Adapun nama Desa Cangkuang berasal dari nama sebuah pohon yang bernama Pohon Cangkuang (Pandanus Furcatus) yang banyak terdapat di sekitar Makam Embah Dalem Arif Muhammad. Konon menurut cerita masyarakat setempat, Embah Dalem Arif Rachmad dan teman-temannyalah yang membendung daerah ini sehingga terbentuklah sebuah danau yang dinamakan Situ Cangkuang.Embah Dalem Arif Muhammad berasal dari Kerajaan Mataram, Jawa TImur. Beliau dating bersama rombongannya untuk menyerang VOC di Batavia dan menyebarkan agama Islam, salah satunya adalah Desa Cangkuang yang salaat itu penduduknya telah menganut agama Hindu. Di desa tersebut terdapat sebuah candi yang telah dipungar yang dinamakan Candi Cangkuang. Meskipun penduduk di desa tersebut telah menganut agama Islam, mereka masih menjalankan sebagian ajaran agama Hindu.
    Candi cangkuang terdapat 10 Km sebelah utara tarogong arah menuju ke Bandung, tepatnay di daerah Leles. Untuk menuju ketempat obyek wisata ini dari Kec.Leles, baisanya para wisatawan menggunakan kendaraan deman (andong) yang unik. Situ yang dangkal ditutupi oleh bunga teratai yang indah. Ada sebuah pulau kecil di tengah-tenga situ tersebut dan dipuoau tersebut terdapat sebuah Candi cangkuang. Candi tersebut hanya salah satu kuil Hindu yang pernah ditemukan di Jawa Barat, merupakan ppenemuan penting pada zaman yang lampau.
    Candi Cangkuang telah dibangun pada zaman kerajaan Sunda pertama yaitu Kerajaan Galuh. Di dekat candi ada makam peninggalan penganuat agama Islam, yitu Arief Muhammad. Dia salah seorang tentara kerajaan Mataram dari Jawa Tengah yang pergi menyerang belanda di Batavia pada abad ke 17. penyerangannya gagal, dia tidak kembali, tetapi menetap di Cangkuang mengajar dan menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitarnya, tepatnya di kampng Pulo dimana keturunanya menetap sampai saat ini.
    Di Kampung Pulo terdapat kampung adat yang terdiri dari 6 buah rumah yang berjejer dn berhadap-hadapan, masing-masing 3 buah di sebelah kiri dan 3 disebelah kanan, ditambah dengan 1 buah mesjid. Kedua deretan tersebut tidak boleh ditambah dan dikurangi, yang berdiam disana hanya 6 keluarga. Dipinggir situ/danau untuk menyebrang ke Candi Cangkuang menggunakan angkutan tradisional yang terbuat dari bambu, tapi aman dan nyaman yang disebut rakit.
     Ke halaman
 sebelumnya

    0 komentar:

    Posting Komentar